Kamis, 08 Maret 2012
Minggu, 04 Maret 2012
| |||||||||||||
Sabtu, 03 Maret 2012
Senyum ini selalu ada di setiap detik dirinya menatapku, entah apa yang
aku fikirkan aku hanya mampu tersenyum saat mendengar dirinya mengatakan
“aku sayang kamu. Mau kah kamu menjadi pacarku?”
Tak mampu ku menjawab rasa
bingung pun menderaku baru dua kali kita ketemu, baru dua kali kita
jalan bareng dia sudah berani mengatakan cinta padaku. Mungkinkah ini
cinta sesaat atau hanya pelampiasaan hatinya. Tapi sekali lagi dia
mengatakan kata-kata cinta itu dan meyakinkan ku bahwa dia benar-benar
jatuh cinta padaku sejak pertama kali dia bertemu. Dan kali ini aku
mulai percaya kata-katanya karena dia mengatakannya dengan tatapan tulus
penuh cinta. Aku pun mencoba meyakinkan hati ku bahwa benar dia yang
mampu mengobati luka lamaku. Dengan lantang pun aku menjawab “iya aku
mau jadi pacarmu”.
Senyum gembira itu pun merekah
dari bibirnya yang merah alami lalu dia pun menggenggam tanganku erat
dan mencoba meyakinkan bahwa memang dia yang selalu ada di saat aku
susah maupun senang. Aku hanya mampu tersenyum, dan tersenyum. Lelaki
berperawakkan tinggi besar dan berkulit putih ini yang mampu meluluhkan
hati ku yang membeku setelah satu tahun. Ardi nama pria itu nama yang
selalu menemani ku di hari-hari selanjutnya nanti. “sayang, jangan lupa
makan y…? aku gak mau kalo sampe maag kamu kambuh lagi” ucap ardi saat
aku mengangkat telfon darinya yang terdengar setengah khawatir. mungkin
karena seharian ini aku tak memberi kabar kepadanya karena aku sangat
sibuk dengan kegiatan di kampus, maklum lah saat ini aku tercatat
sebagai salah satu mahasiswa baru di salah satu perguruan tinggi negeri
di kota ku.
“iya sayang sebentar lagi ya aku makannya naggung ne…..ok sayang?” jawabku dengan nada sedikit manja.
“iya sayang sebentar lagi ya aku makannya naggung ne…..ok sayang?” jawabku dengan nada sedikit manja.
“
iya terserah yang pasti aku gak mau gara-gara kamu terlalu sibuk kamu
jadi sakit” ucapnya masih dengan nada setengah khawatir.
“iya sayang, aku pasti makan kok. Kamu sendiri udah makan belum?” Tanya ku pada ardi.
“udah
tadi. Ya sudah sekarang kamu lanjutin ajja dulu pekerjaan kamu nanti
kalau udah selsai aku telfon lagi.” Ardi pun menutup telfonnya aku pun
kembali melanjutkan pekerjaanku tapi ntah mengapa tiba-tiba terlintas
sesuatu fikiran yang sebenarnya tak pernah aku perdulikan setelah 1
bulan lebih aku menjalani hubungan bersama Ardi.
Keyakinan y….keyakinan kami
berdua memang berbeda sebenarnya selama ini kami tak pernah
mempermasalahkan soal keyakinan kami yang berbeda selama ini kami saling
bertoleransi dengan keyakinan masing-masing bahkan kami saling
mengingat kan satu sama lain agar tidak lupa untuk beribadah dan orang
tua ku juga tidak mempermasalahkan hubungan kami yang berbeda
keyakinan.
Tapi entah mengapa malam ini
terlintas fikiran ini seperti beban yang menumpuk di kepalaku terasa
berat hingga ku tak mampu memikulnya. “happy britday” hari ini adalah
hari ulantahun ku yang ke-18 tahun inbox handphone atau pun inbox e-mail
ku penuh dengan ucapan dari teman-temanku.
Tapi mengapa tak ada satu ucapan
dari Ardi padahal aku berharap dia lah menjadi orang pertama yang
mengucapkan “happy britday”. ke mana dia??? Sudah satu minggu ini
sifatnya tag seperti Ardi yang kukenal dulu, tag seperti Ardi 2 bulan
yang lalu yang mengatakan cinta padaku. Padahal s’ingat ku kami tidak
sedang bertengkar bahkan kami tak pernah bertengkar sama sekali, tapi
mengapa sifatnya bisa berubah 180 derajat seperti ini.
Hampir lewat sudah hari yang
seharusnya menjadi hari bahagiaku, tapi dia benar-benar tak ada
menghubungiku apa yang sbenarnya terjadi apa salahku??. 2 hari setelah
hari bahagiaku dia pun masih belum ada memberi kabar padaku apa yang
terjadi?? Apa salahku?? Sedang apa dia??? Begitu banyak pertanyaan yang
hinggap di kepalaku. Aku pun mencoba menghubunginya dengan segala
keberanian yang ku punya. “hallo…..” terdengar suara wanita di seberang
sana aku bingung siapa dia??? Hatiku berdebar sangat kencang lalu aku
pun memberanikan diri untuk berkata “maaf ini benar handphonenya Ardi
Pratama???” tanyaku dengan suara yang bergetar “iya benar. Saya mamanya”
mendengar jawaban ini hatiku sedikit lega walaupun hati ku masih sangat
berdebar karena bukan ardi yang mengangkat telfonku. Dan mengapa
handphone Ardi bisa ada sama mamanya ada apa dengan Ardi?? Lalu aku pun
memberanikan diri untuk mulai bertanya.
“ Maaf tante saya Bela temannya ardi bisa saya bicara dengan ardi tante??” tanyaku.
“ouwh…jadi kamu bela??? Tunggu sebentar y….?” jawab mamanya Ardi dengan nada yang sebenarnya gak enak di dengar.
“Halo
ada apa bel??” ucap pria di sebrang sana dan itu adalah Ardi, tapi
kenapa dia gak panggil aku dengan sebutan “sayang???” Semenjak kita
jadian Ardi selalu memanggilku sayang tapi kenapa kali ini dia
memanggilku dengan namaku?? BELA???. “sayang, kamu k mana aja sih???tau
gak aku kangen banget sama kamu.” Ucapku dengan nada senang karena aku
sudah mendengar suara Ardi yang ternyata memang baik-baik saja. “ maaf
bel, beberapa hari ini aku gak ada kasih kabar ke kamu” belum selesai
Ardi berkata aku segera memotong ucapan Ardi “ udahlah gak papa sayang.
Malam ini keluar yuk…. Udah lama kita gak keluar bareng aku pengen
dinner sama kamu” ucapku. “ Maaf bel…aku gak bisa tapi nanti malam aku
mau ke rumah kamu boleh y…?? aku pengen ngomong sesuatu” ucapnya dengan
nada lesu dan aku mulai curiga walaupun dia belum mengatakan masalah apa
yan ingin di bicarakannya air mataku sudah mengalir deras. Dan
sebenarnya aku sudah ada firsat lain. “ehmp…iya boleh aja aku tunggu
kamu y” lalu aku pun menutup telfon ku karena aku sudah tak mampu
berkata karena firasat ku begitu kuat kalau dia akan mengatakan sesuatu
yang sebenarnya tak ingin ku dengar. “kamu mau ngomong apa sih
sayang???” dengan mata merah aku memberanikan untuk menatap Ardi yang
saat itu sudah duduk di sofa ruang tamu rumahku. Lalu Ardi pun memeluk
tubuhku erat dan berkata “Selamat ulang tahun sayang. Maaf aku telat
ngucapinnya.” Ucap Ardi dengan nada yang bergetar, dan aku pun sudah tak
mampu menahan air mataku yang deras mengalir keluar dari pelupuk
mataku.. “iya gak papa sayang aku bisa maklum mungkin kamu lagi sibuk”
dengan suara tersendat aku berkata.
Masih dengan pelukkan eratnya
dia berkata ”sayang maaf y…kalau selama ini aku ada salah sama kamu.
Sebenarnya kamu udah tau kan aku mau ngomong apa sekarang sama kamu
karena aku tau felling kamu sangat kuat.” Sungguh tak mampu aku
mendengar lanjutan kata-katanya aku hanya mampu menangis dan memeluk
lebih erat lagi. “Aku mau kita Putus bel, sebenarnya aku gak mau dan gak
mampu kalo harus pisah dari kamu. Tapi ini bukan kemauan aku bel. Ini
kemauan orangtua ku karena mereka tau kalau hubungan kita adalah
hubungan dengan beda keyakinan dan mereka ingin aku udah mulai
berhubungan serius.” Ucap Ardi dengan nada yang sangat bergetar.
from : http://www.lokerseni.web.id/2012/01/cerpen-cinta-perbedaan.html
;;
Subscribe to:
Postingan (Atom)