Rabu, 29 Mei 2013
Diposting oleh
putriie
di
19.56
MAKALAH
Pengaruh
Diet Rendah Protein terhadap Penderita Ginjal Kronik
Oleh
:
Dwi
Putriyani Rizqiyah
P17431112015
Program
Studi DIII GIZI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES
SEMARANG
2012/2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Di
negara maju, penyakit kronik tidak menular (cronic non-communicable diseases)
terutama penyakit kardiovaskuler seperti hipertensi, diabetes melitus, dan penyakit
ginjal kronik, sudah menggantikan penyakit menular (communicable diseases)
sebagai masalah kesehatan masyarakat utama (Rindiastuti, 2012: 1).
Pada tahun 2005 menurut
Badan Kesehatan Dunia (WHO) sedikitnya 17,5 juta atau setara dengan 30,0 %
kematian diseluruh dunia disebabkan oleh penyakit ginjal. Sensus nasional tahun
2001 menunjukkan bahwa kematian karena penyakit kardiovaskuler termasuk
penyakit ginjal adalah sebesar 26,4 % (Supriyono, 2008 : 9)
Pada
penyakit ginjal kronik terjadi penurunan fungsi ginjal yang memerlukan terapi
pengganti yang membutuhkan biaya yang mahal. Selama ini, pengelolaan penyakit
ginjal kronik lebih mengutamakan diagnosis dan pengobatan terhadap penyakit
ginjal spesifik yang merupakan penyebab penyakit ginjal kronik serta dialisis
atau transplantasi ginjal jika sudah terjadi gagal ginjal. “Bukti ilmiah
menunjukkan bahwa komplikasi penyakit ginjal kronik, tidak bergantung pada
etiologi, dapat dicegah atau dihambat jika dilakukan penanganan secara dini”
(Rindiastuti, 2012: 1). Salah satu upaya yang dilakukan untuk pengobatan
penyakit gagal ginjal kronik adalah dengan melakukan diet rendah Protein.
Menurut Almatsier (2007 : 179) Apabila nilai Glomerulo Filtration Rate (GFR)
atau Tes Tes Kliren Kreatinin (TKK) < 25ml/menit, diberikan Diet Rendah
Protein.
Berdasarkan uraian tersebut
diatas maka penulis tertarik untuk melakukan suatu penelitian dengan judul
“PENGARUH DIET RENDAH PROTEIN TERHADAP PENDERITA PENYAKIT GINJAL KRONIK”
B.
Tujuan
1. Tujuan
Umum
Mendiskripsikan
pengaruh diet rendah protein terhadap penderita penyakit ginjal kronik.
2. Tujuan
Khusus
a. Mendiskripsikan
apa itu penyakit ginjal kronik.
b. Mendiskripsikan
apa itu diet dan diet rendah protein.
c. Mendiskripsikan
berapa asupan makanan yang dianjurkan dalam diet rendah protein bagi penderita
ginjal kronik.
C.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian
diatas dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut : Bagaimana pengaruh
diet rendah protein terhadap penderita ginjal kronik .
D.
Manfaat
1.
Manfaat Ilmiah
Hasil penelitian ini dapat dijadikan
sumber referensi bagi pembaca untuk menambah pengetahuan dan bagi
peneliti lain sebagai dasar atau pedoman pertimbangan, pembanding untuk
peneliti tahap berikutnya.
2.
Manfaat Institusi
Hasil penelitian ini diharapkan
dapat menambah ilmu pengetahuan serta menjadi salah satu bahan bacaan bagi
peneliti berikutnya.
3. Manfaat
Bagi Peneliti
Hasil
penelitian ini merupakan suatu pengalaman berharga dalam rangka memperluas
wawasan keilmuan khususnya mengenai Diet Rendah Protein penderita ginjal
kronik.
4.
Manfaat
Bagi Penderita GInjal Kronik
Hasil penelitian ini diharapkan
dapat menjadikan masukan dan informasi untuk melakukan diet rendah protein agar
hidup lebih sehat.
E.
Sistematika
Penulisan
BAB
II
LANDASAN
TEORI
A.
Tinjauan Umum
Tentang Penyakit
Ginjal Kronik
1. Pengertian
Penyakit Ginjal Kronik
Penyakit
Ginjal Kronis / PGK (chronic kidney
disease) adalah gangguan ginjal berupa gangguan struktural yang dapat
diketahui dengan pemeriksaan pencitraan ataupun kelainan laboratorik berupa
peningkatan ekskresi (pelepasan) albumin urin (mikroalbuminuria/proteinuria),
atau adanya eritrosit dalam jumlah yang abnormal di urin (hematuria).
(Cardiacku, 2012 : 7)
Penyakit
Ginjal Kronik (Cronic Kidney Disease) adalah keadaan dimana terjadi penurunan
fungsi ginjal yang cukup berat secara perlahan lahan (menahun) disebabkan oleh
berbagai penyakit ginjal. Penyakit ini bersifat progresif dan umumnya tidak
dapat pulih kembali. (Almatsier, 2007 : 178-179)
2. Tanda
dan Gejala Penyakit Ginjal Kronik
Gejala
Penyakit ini umumnya adalah tidak ada nafsu makan, mual, muntah, pusing, sesak
nafas, rasa lelah, edema pada kaki dan tangan, serta uremia. (Almatsier, 2007 :
179).
Perjalanan
klinik penyakit penyakit ginjal kronik biasanya perlahan dan tidak dirasakan
oleh pasien. Oleh karena itu, pengkajian klinik sangat bergantung pada hasil
pemeriksaan penunjang, meski anamnesis yang teliti sangat membantu dalam
menegakkan diagnosis yang tepat.(Yunyurindi, 2012 : 6)
Tanda dan gejala penyakit ginjal
kronik antara lain sebagai berikut : Cepat lelah, kurang bertenaga, menurunnya
nafsu makan, mual, muntah, sulit tidur, kram otot (terutama pada malam hari),
pembengkakan pada kaki/pergelangan kaki, kulit gatal dan kering, bengkak
seputar mata (pada pagi hari), seringkali ingin berkemih pada malam hari. Deteksi
dini dilakukan pada mereka yang berisiko tinggi, yaitu penderita diabetes,
hipertensi, umur tua (>60 tahun), penderita dengan riwayat sakit ginjal
sebelumnya, atau mempunyai keluarga yang menderita sakit ginjal/gangguan fungsi
ginjal. Pemeriksaan yang dilakukan untuk skrining adalah: Pemeriksaan albumin
rutin, Sedimen
urin, Kreatinin/Cystatin C.
(Cardiacku, 2012 : 7)
3.
Pencegahan dan Pengobatan Penyakit
Ginjal Kronik
Penyakit
ginjal kronik bukanlah penyakit yang tidak dapat dicegah dan di
sembuhkan.penyakit ginjal kronik dapat digegah dan disembuhkan antara lain
dengan obat, terapi ataupun diet makanan.
Pencegahan penyakit ginjal kronik
dapat dilakukan antara lain : kontrol diabetes, kontrol dan jaga tekanan darah,
menurunkan berat badan (bagi yang obesitas), serta kontrol kadar lipid (lemak),
berhenti merokok. Sedangkan pengobatannya dimulai dengan pembatasan cairan,
selain itu mengurangi makanan yang mengandung protein, garam dan fosfat. Bila
tidak dapat diobati secara konservatif maka harus dilakukan cuci
darah(dialysis). (Yunyurindi, 2012 : 7)
B. Tinjauan Umum Tentang Protein
1. Pengertian
Protein
Protein
adalah bagian dari semua sel hidup dan merupakan bagian terbesar tubuh sesudah
air. Seperlima bagian tubuh adalah protein separonya ada di otot, seperlima
didalam tulang dan tulang rawan, sepersepuluh di dalam kulit, dan selebihnya di
dalam jaringan lain dan cairan tubuh. Protein terdiri atas rantai rantai
panjang asam amino, yang terikat satu sama lain dalam ikatan peptide. (Almatsier,
2001: 77)
Protein
adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan polimer
dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan satu sama lain dengan ikatan
peptida. Molekul protein itu sendiri mengandung karbon, hidrogen, oksigen,
nitroge dan kadang kala sulfur serta fosfor. (Chenfany, 2012 :3)
Protein memegang peranan penting dalam hampir semua
proses kehidupan. Protein berasal dari bahasa Yunani “proteios” yang berarti “barisan
pertama”. (noor-eka, 2012 : 5)
2. Macam-macam
Protein
Terdapat
berbagai macam protein. Oleh karena itu protein di kelompokkan berdasarkan :
a.
Berdasarkan struktur molekulnya
1)
Fibriler (Serat)
Yaitu
protein berbentuk serabut dan tidak larut dalam pelarut-pelarut encer serta
sukar diuraikan oleh enzim. Terdiri atas rantai polipeptida memanjang.
Berfungsi sebagai pelindung. Contoh : kolagen.
2)
Globuler (Bulat dan Elips)
Protein
ini larut dalam air, asam atau basa dan dalam etanol. Terdiri atas rantai polipeptida
berlipat. Memiliki fungsi gerak atau dinamik. Contoh : albumin, mioglobin dll.
b.
Berdasarkan Bentuk dan Sifat Fisik
1)
Protein globular
Terdiri dari polipeptida yang bergabung satu sama lain (berlipat rapat) membentuk bulat padat. Misalnya enzim, albumin, globulin, protamin. Protein ini larut dalam air, asam, basa, dan etanol.
Terdiri dari polipeptida yang bergabung satu sama lain (berlipat rapat) membentuk bulat padat. Misalnya enzim, albumin, globulin, protamin. Protein ini larut dalam air, asam, basa, dan etanol.
2)
Protein serabut (fibrous protein)
Terdiri dari peptida berantai panjang dan berupa serat-serat yang tersusun memanjang, dan memberikan peran struktural atau pelindung. Misalnya fibroin pada sutera dan keratin pada rambut dan bulu domba. Protein ini tidak larut dalam air, asam, basa, maupun etanol.
Terdiri dari peptida berantai panjang dan berupa serat-serat yang tersusun memanjang, dan memberikan peran struktural atau pelindung. Misalnya fibroin pada sutera dan keratin pada rambut dan bulu domba. Protein ini tidak larut dalam air, asam, basa, maupun etanol.
c.
Berdasarkan Fungsi Biologi
Pembagian protein didasarkan pada
fungsinya di dalam tubuh, antara lain:
1) Enzim (ribonukease, tripsin)
2) Protein transport (hemoglobin,
mioglobin, serum, albumin)
3) Protein nutrien dan penyimpan
(gliadin/gandum, ovalbumin/telur, kasein/susu, feritin/jaringan hewan)
4) Protein kontraktil (aktin dan
tubulin)
5) Protein Struktural (kolagen,
keratin, fibrion)
6) Protein Pertahanan (antibodi, fibrinogen
dan trombin, bisa ular)
7) Protein Pengatur (hormon insulin dan
hormon paratiroid)
d.
Berdasarkan Daya Larutnya
1) Albumin. Larut air, mengendap dengan
garam konsentrasi tinggi. Misalnya albumin telur dan albumin serum
2) Globulin Glutelin. Tidak larut dalam
larutan netral, larut asam dan basa encer. Glutenin (gandum), orizenin (padi).
3) Gliadin (prolamin). Larut etanol
70-80%, tidak larut air dan etanol 100%. Gliadin/gandum, zein/jagung
4) Histon. Bersifat basa, cenderung
berikatan dengan asam nukleat di dalam sel. Globin bereaksi dengan heme
(senyawa asam menjadi hemoglobin). Tidak larut air, garam encer dan pekat
(jenuh 30-50%). Misalnya globulin serum dan globulin telur.
5) Protamin. Larut dalam air dan
bersifat basa, dapat berikatan dengan asam nukleat menjadi nukleoprotamin
(sperma ikan). Contohnya salmin
e.
Protein Majemuk
Adalah protein yang mengandung senyawa bukan hanya protein
Adalah protein yang mengandung senyawa bukan hanya protein
1) Fosfoprotein. Protein yang
mengandung fosfor, misalnya kasein pada susu, vitelin pada kuning telur
2) Kromoprotein. Protein berpigmen,
misalnya asam askorbat oksidase mengandung Cu
3) Fosfoprotein. Protein yang
mengandung fosfor, misalnya kasein pada susu, vitelin pada kuning telur
4) Kromoprotein. Protein berpigmen,
misalnya asam askorbat oksidase mengandung Cu
5) Protein Koenzim. Misalnya NAD+, FMN,
FAD dan NADP+
6) Lipoprotein. Mengandung asam lemak,
lesitin
7) Metaloprotein. Mengandung
unsur-unsur anorganik (Fe, Co, Mn, Zn, Cu, Mg dsb)
8) Glikoprotein. Gugus prostetik
karbohidrat, misalnya musin (pada air liur), oskomukoid (pada tulang)
9) Nukleoprotein. Protein dan
asam nukleat berhubungan (berikatan valensi sekunder) misalnya pada jasad renik
C. Diet Rendah Protein
1.
Tinjauan Umum
Diet
Rendah Protein merupakan pemberian asupan protein dalam batasan yang rendah.
Protein rendah yaitu 0.6-0.75 g/kg BB. Sebagian harus bernilai biologik tinggi.
(Almatsier, 2007 : 179)
Diet rendah
protein diberikan kepada penderita Ginjal
Kronik dimana jumlah protein yang diberikan disesuaikan dengan kemampuan ginjal
penderita yang dapat dinilai dari pemeriksaan kreatinin klirens. Konsumsi
protein ini disesuaikan dengan kemampuan ginjal menyaring sisa metabolisme
protein, agar sisa tersebut tidak menumpuk dalam darah bersifat racun.
(tipsdaninfo, 2012)
Apabila
nilai Glomerulo Filtration Rate (GFR) atau Test Kliren Kreatinin (TKK) < 25
ml/menit, diberikan Diet Rendah Protein. (Almatsier, 2007 : 179)
Diet
rendah protein diberikan kepada
penderita yang pernah mengalami penyakit kegagalan faal ginjal atau batu ginjal.
Penatalaksanaan Diet pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik pre dialisis stadium IV
dengan TKK < 25 ml/mt pada dasarnya mencoba memperlambat penurunan fungsi
ginjal lebih lanjut dengan cara mengurangi beban kerja nephron dan menurunkan
kadar ureum darah, menjaga agar pasien dapat beraktivitas seperti orang normal. (gizi.depkes, 2012 : 1)
2. Tujuan Diet
Tujuan diet pada penyakit ginjal kronik adalah untuk :
a. Mencapai dan mempertahankan status gizi optimal dengan
memperhitungkan sisa fungsi ginjal, agar tidak memberatkan kerja ginjal.
b. Mencegah dan menurunkan kadar ureum darah yang tinggi
(uremia).
c. Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit.
d. Mencegah atau mengurangi progresivitas gagal ginjal, dengan
memperlambat turunnya laju filtrasi glomerulus.
(Almatsier, 2007 : 179)
BAB III
METODE PENELITIAN
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB
V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa penyakit ginjal
kronik merupakan salah satu kelainan ginjal yaitu adanya penurunan kerja ginjal
yang berlangsung lama akibat berbagai penyakit ginjal.
Penyakit ginjal kronik dapat disembuhkan antara lain dengan
terapi makanan. Salah satu terapi makanan yang dianjurkan ialah diet rendah
protein yang diberikan sesuai dengan batasan batasan yang telah ditentukan.
B. Saran
Berdasarkan
kesimpulan diatas saran penulis antara lain sebagai berikut :
1. Bagi penderita ginjal kronik
disarankan mengkonsumsi obat secara teratur sesuai dosis yang dianjurkan,
melakukan diit randah protein sesuai apa yang telah diuraikan, menghindari
merokok, dan melakukan olahraga secara teratur .
2. Bagi orang sehat disarankan tidak
mengkonsumsi makanan atau minuman yang dapat memberatkan kerja ginjal, banyak
mengkonsumsi air putih, makan teratur
dan bergizi, serta olah raga dan beristirahat yang cukup.
3. Bagi instansi terkait disarankan
melakukan penyuluhan mengenai penyakit jantung serta pencegahannya, agar
masyarakat lebih mengetahui bagaimana pencegahan dan pengobatan penyakit
ginjal.
4. Bagi peneliti selanjutnya,
disarankan agar melakukan penelitian lanjutan dengan bukti bukti yang lebih
akurat dan meminimalkan kekurangan-kekurangan dalam penelitiannya.
BIBLIOGRAFI
Almatsier, Sunita. PrinsipDasar
Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2001.
Direktorat
Gizi Departemen Kesehatan RI. Daftar
Komposisi Bahan Makanan. Jakarta: Bhratara, 1996.
Instalasi
Gizi Perjan RS Dr. Cipto Mangunkusumo dan Asosiasi Dietisien Indonesia, Sunita
Almatsier (ed). Penuntun Diet. edisi baru.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2007.
Rindiastuti,
Yuyun. Deteksi Dini dan Pencegahan
Penyakit Gagal Ginjal Kronik. Akses tanggal 15 Oktober 2012. http://yuyunrindi.files.wordpress.com/2008/05/deteksi
dini-dan-pencegahan-penyakit-gagal-ginjal-kronik.pdf
Sibagaring,
E. Ellyna et al. Metodologi Penelitian
untuk Mahasiswa Diploma Kesehatan. Jakarta: Trans Info Media, 2010.
Supriyono,
Mamat. Faktor Kejadian Penyakit Jantung.
Akses tanggal 15 Oktober 2012. http://mamat-supriyono.files.wordpress.com/faktor-kejadian-penyakit-jantung.pdf
Subscribe to:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar